Temuan arkeologi di Malaysia menemukan sebuah peradaban baru. Menurut profesor dari Universitas Oxford, Inggris, temuan ini bisa jadi mengubah sejarah Asia Tenggara. Sejarah, kata dia, harus ditulis ulang.
"Berdasarkan penemuan itu kita harus menulis ulang sejarah. Sebab, selama 2.000 tahun, sejarah mengklaim dominasi Indonesia -- dengan Kerajaan Sri Wijaya dan Majapahit, juga Thailand dan Vietnam. Tapi kini itu berubah," kata Profesor Stephen James Oppenheimer, seperti dimuat laman Bernama, Senin 5 Juli 2010.
Pernyataan tersebut disampaikan terkait temuan peradaban baru, Lembah Bujang oleh tim peneliti Universiti Sains Malaysia (USM).
USM menemukan sebuah situs industri peralatan besi di Lembah Bujang, yang diyakini dibangun di era Kedah Tua. Ini menunjukkan bahwa peradaban Malaysia lebih tua dari pada yang diperkirakan sebelumnya.
Tak hanya peradaban maju yang dilengkapi industri peralatan besi, ukuran peradaban Lembah Bujang juga jauh lebih besar, meliputi 1.000 kilometer persegi, atau tiga kali ukuran Pulau Penang, Malaysia.
Temuan ini menurut Oppenheimer tak hanya penting bagi Malaysia, tapi juga Asia Tenggara. Sebab, menunjukkan bukti adanya struktur monumental dan peradaban maju yang meliputi eksploitas bijih besi dari pegunungan lokal, juga peleburan besi.
Sementara, Dr Susan Jane Allen dari Institut Riset Arkeologi Internasional di Honolulu, Hawaii, mengaku sangat tertarik dengan temuan di Lembah Bujang, khususnya keberadaan bangunan prasejarah di Sungai Batu.
Allen, yang terlibat dalam penggalian beberapa situs sejarah -- situs 71, 72, dan 73 di Sungai Batu tiga dekade lalu, meyakini ada sesuatu yang tersembunyi di balik situs-situs itu.
"Aku tahu ada sesuatu di bawah gundukan itu, aku sangat ingin mengetahuinya. Pada saat itu, wilayah ini merupakan perkebunan karet, dan 71 adalah Situs gundukan sekitar 75cm di atas tanah," kata dia.
Terpisah, Direktur Pusat Penelitian Arkeologi USM, Dr Mokhtar Saidin mengatakan laporan ilmiah temuan Lembah Bujang akan dipublikasikan dalam jurnal internasional -- untuk mendapat pengakuan dari arkeolog internasional.
No comments:
Post a Comment